Akulturasi merupakan fenomena yang
timbul dari hasil jika kelompok-kelompok manusia yang memiliki kebudayaan yang
berbeda-beda bertemu serta terjadi kontak secara langsung dan secara kontinyu yang
kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang asli dari salah satu
kelompok atau kedua-duanya. Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan yang
berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak
menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya.
Teori Masuknya Agama
dan Kebudayaan Hindu Buddha di Indonesia
Memasuki abad Masehi, antara Indonesia
dengan India sudah terjalin hubungan terutama dalam perdagangan. Setelah jalur
perdagangan India dengan Cina lewat laut (tidak lagi melewati jalan darat),
maka selat Malaka merupakan alternatif terdekat yang dilalui pedagang. Dalam
hubungan tersebut masuk dan berkembang pula agama dan budaya India di
Indonesia. Peristiwa masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia
pada abad pertama Masehi membawa pengaruh yang sangat penting. Peristiwa
tersebut menandai berakhirnya jaman prasejarah Indonesia dan memasuki jaman sejarah
serta membawa perubahan dalam susunan masyarakat dan kebudayaan yang berkembang
di Indonesia.
Proses masuknya pengaruh budaya India
ke Indonesia, sering disebut penghinduan. Pada dasarnya istilah ini sebenarnya
kurang tepat, karena disamping agama Hindu, masuk pula agama Budha. Proses ini
terjadi didahului adanya hubungan Indonesia dengan India, sebagai akibat
perubahan jalur perdagangan dari jalur tengah (sutera) berganti ke jalur
pelayaran (rempah-rempah. Hal ini didasarkan bukti peninggalan arca dan
prasasti di Indonesia. Sedangkan di India terdapat karya sastra, diantaranya
kitab Jataka, Ramayana dan Raghuwamsa. Kitab Jataka berisi kisah perjalanan
Budha yang menjumpai Swarnabhumi. Kitab Ramayana terdapat istilah Jawadwipa dan
Swarnabhumi. Kitab Raghuwamsa karya Kalisada tentang perdagangan India yang
menyebutkan Dwipantara sebagai asal bahan perdagangan cengkih atau lavanka.
Mengenai hipotesis/ teori masuknya pengaruh Hindu – Buddha di Indonesia, para
ahli berpendapat yang berlainan, dimana secara garis besar dibedakan atas:
- Teori Ksatria. Teori ini juga disebut teori prajurit atau kolonisasi yang dikemukakan CC. Berg dan FDK. Bosch. FDK. Bosch menggunakan istilah hipotesa ksatria. Menurut teori ini, peran utama masuknya budaya India ke Indonesia adalah ksatria. Hal ini disebabkan di India terjadi kekacauan politik yaitu perang brahmana dengan ksatria, para ksatria yang kalah melarikan diri ke Indonesia. Mereka mendirikan kerajaan dan menyebarkan agama Hindu. Pendukung teori ini kebanyakan sejarawan India, terutama Majumdar dan Nehru. Hipotesis ksatria banyak mengandung kelemahan yaitu tidak adanya bukti kolonisasi baik di India maupun di Indonesia. Kedudukan kaum ksatria dalam struktur masyarakat Hindu tidak memungkinkan menguasai masalah agama Hindu dan tidak nampak pemindahan unsur masyarakat India (sistem kasta, bentuk rumah, pergaulan dan sebagainya). Tidak mungkin para pelarian mendapat kedudukan sebagai raja di tempat yang baru.
- Teori Waisya. Teori ini dikemukakan NJ. Krom dan Mookerjee yang berpendapat; orang India tiba ke Asia tenggara pada umumnya dan khususnya Indonesia karena berdagang. Pelayaran perdagangan saat itu masih tergantung sistem angin muson. Sehingga pedagang India terpaksa tinggal di Indonesia selama beberapa saat untuk menanti bergantinya arah angin. Mereka banyak menikah dengan penduduk setempat. Keturunan dan keluarga pedagang ini merupakan awal penerimaan pengaruh India. Tampaknya teori ini mengambil perbandingan proses penyiaran Islam yang juga dibawa pedagang. Teori ini juga dibantah ahli lain, karena tidak setiap orang boleh menyentuh kitab Weda. Ajaran Hindu milik kaum brahmana dan hanya mereka yang memahami kitab Weda.
- Teori Brahmana. Teori ini dikemukakan JC. Van Leur, FDK. Bosch dan OW. Wolters yang berpendapat bahwa orang yang ahli agama Hindu adalah brahmana. Orang Indonesia/ kepala suku aktif mendatangkan brahmana untuk mengadakan upacara abhiseka secara Hindu, sehingga kepala suku menjadi maharaja. Dalam perkembangannya, para brahmana akhirnya menjadi purohito (penasehat raja). Teori ini tampaknya dianggap lebih mendekati kebenaran karena agama Hindu bersifat tertutup, dimana hanya diketahui kalangan brahmana. Prasasti yang ditemukan berbahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Candi yang ada di Indonesia banyak ditemukan arca Agastya. Disamping itu brahmana di Indonesia berkaitan dengan upacara Vratyastoma dan abhiseka.
- Teori Arus Balik/ Nasional. Teori arus balik atau disebut teori nasional ini muncul dikemukakan JC. Van Leur, dimana sebagai dasar berpikir adalah hubungan antara dunia maritim dengan perdagangan. Hubungan dagang Indonesia dengan India yang meningkat diikuti brahmana untuk menyebarkan agama Hindu dan Budha. Orang- orang Indonesia yang tertarik ajaran itu, mengirimkan kaum terpelajar ke India untuk berziarah dan menuntut ilmu. Setelah cukup lama, mereka kembali ke Indonesia dan ikut menyebarkan agama Hindu- Budha dengan menggunakan bahasa sendiri. Dengan demikian ajaran agama lebih cepat diterima bangsa Indonesia.
Berdasarkan beberapa teori tersebut,
para ahli sejarah membuat dua bentuk kemungkinan tentang proses masuknya agama
dan budaya Hindu Budha di Indonesia, yaitu :
- Bangsa Indonesia bersifat pasif. Hal ini memberikan pengertian bahwa masyarakat Indonesia hanya sekedar menerima budaya dari India. Dengan demikian akan menimbulkan kesan bila telah terjadi penjajahan / kolonisasi yang dilakukan bangsa India baik secara langsung maupun tidak langsung.
- Bangsa Indonesia bersifat aktif. Hal ini memberikan pengertian bahwa masyarakat Indonesia sendiri ikut aktif dalam membawa dan menyebarkan agama dan budaya Hindu Budha di nusantara. Salah satu cara yaitu mengundang para brahmana dari India untuk memperkenalkan agama dan budayanya di Indonesia.
Bersamaan dengan masuk dan
berkembangnya agama Hindu, masuk dan berkembang pula agama Budha di Indonesia.
Dalam penyebaran agama Budha, dikenal misi penyiaran agama yang disebut
Dharmadhuta. Masuknya agama Budha diperkirakan pada abad 2 Masehi. Hal ini
didukung adanya bukti penemuan arca Budha dari perunggu di daerah Sempaga (Sulsel)
yang menggunakan langgam seni arca Amarawati (India selatan). Patung sejenis
juga ditemukan di daerah Bukit Siguntang (Sumsel) yang memperlihatkan langgam
seni arca Gandhara (India utara). Agama Budha yang berkembang di Indonesia
sebagian besar beraliran Budha Mahayana. Perkembangan agama Budha mencapai masa
puncak jaman kerajaan Sriwijaya.
Akulturasi Kebudayaan Hindu-Buddha di Nusantara
Contoh hasil akulturasi antara
kebudayaan Hindu-Buddha dengan kebudayaan Indonesia sebagai berikut.
1. Seni Bangunan
Bidang seni bangunan merupakan
salah satu peninggalan budaya HinduBuddha di Indonesia yang sangat menonjol
antara lain berupa candi dan stupa. Bentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia
pada umumnya merupakan bentuk akulturasi antara unsur-unsur budaya Hindu-
Buddha dengan unsur budaya Indonesia asli. Bangunan yang megah, patung-patung
perwujudan dewa atau Buddha, serta bagianbagian candi dan stupa adalah
unsur-unsur dari India. Bentuk candicandi di Indonesia pada hakikatnya adalah
punden berundak yang merupakan unsur Indonesia asli. Candi Borobudur merupakan
salah satu contoh dari bentuk akulturasi tersebut.
Candi
Borobudur
2. Bidang Kesenian
a. Seni Rupa dan Seni Ukir
Masuknya pengaruh India juga
membawa perkembangan dalam bidang seni rupa, seni pahat, dan seni ukir.
Berdasarkan jenisnya benda-benda (karya) seni rupa yang berkembang pada zaman
Hindu-Buddha ini dapat dikategorikan sebagai berikut:
o
Seni Arsitektur
o
Seni Relief
o
Seni Patung/Arca
o
Seni Kriya
Patung dari zaman
Indonesia Hindu,
menggambarkan tokoh
Prabu Kertarajasa (kiri) dan Ratu Kendedes (kanan)
b. Seni tari.
Berdasarkan relief-relief yang
terdapat pada candicandi, terutama candi Borobudur dan Prambanan memperlihatkan
adanya bentuk tari-tarian yang berkembang sampai sekarang. Bentuk-bentuk tarian
yang digambarkan dalam relief memperlihatkan jenis tarian seperti tarian
perang, tuwung, bungkuk, ganding, matapukan (tari topeng). Tari-tarian tersebut
tampaknya diiringi dengan gamelan yang terlihat dari relief yang memperlihatkan
jenis alat gamelan yang terbatas seperti gendang, kecer, gambang, saron,
kenong, beberapa macam bentuk kecapi, seruling dan gong.
Pahatan yang menunjukan adanya seni tari
c. Seni pertunjukan
terutama seni wayang sampai
sekarang merupakan salah satu bentuk seni yang masih populer di kalangan
masyarakat Indonesia. Seni wayang beragam bentuknya seperti wayang kulit,
wayang golek, dan wayang orang. Seni pertunjukan wayang tampaknya telah dikenal
oleh bangsa Indonesia sejak aman prasejarah. Pertunjukan wayang pada masa ini
selalu dikaitkan dengan fungsi magisreligius yaitu sebagai bentuk upacara
pemujaan pada arwah nenek moyang yang disebut Hyang . Kedatangan arwah nenek
moyang diwujudkan dalam bentuk bayangan dari sebuah wayang yang terbuat dari
kulit. Lakon wayang pada masa ini lebih banyak menceritakan tentang
kepahlawanan dan petualangan nenek moyang, seperti lakon-lakon “Dewi Sri” atau
“Murwakala”.
3. Seni
Sastra dan Aksara
Dari segi bahasa, orang-orang
Indonesia mengenal bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Pada masa kerajaan
HinduBuddha di Indonesia, seni sastra sangat berkembang terutama pada aman
kejayaan kerajaan Kediri. Pengaruh India membawa perkembangan seni sastra di Indonesia.
Seni sastra waktu itu ada yang berbentuk prosa dan ada yang berbentuk tembang
(puisi). Berdasarkan isinya, kesusasteraan dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu tutur (pitutur kitab keagamaan), kitab hukum, dan wiracarita.
Aksara Pallawa
Berkembangnya karya sastra
terutama yang bersumber dari Mahabarata dan Ramayana, melahirkan seni
pertunjukan wayang kulit (wayang purwa). Pertunjukan wayang kulit di Indonesia,
khususnya di Jawa sudah begitu mendarah daging. Isi dan cerita pertunjukan
wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat edukatif (pendidikan).
Cerita dalam pertunjukan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya asli dari
Indonesia. Seni pahat dan ragam luas yang ada pada wayang disesuaikan dengan
seni di Indonesia.
Di samping bentuk dan ragam hias
wayang, muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia. Misalnya
tokohtokoh punakawan seperti Semar, Gareng, dan Petruk. Tokohtokoh ini tidak
ditemukan di India. Perkembangan seni sastra yang sangat cepat didukung oleh
penggunaan huruf pallawa, misalnya dalam karya-karya sastra Jawa Kuno. Pada
prasasti-prasasti yang ditemukan terdapat unsur India dengan unsur budaya
Indonesia. Misalnya, ada prasasti dengan huruf Nagari (India) dan huruf Bali
Kuno (Indonesia).
4. Sistem Kepercayaan
berkembangnya agama Hindu-Buddha
di Indonesia. Sebelum masuk pengaruh India, kepercayaan yang berkembang di
Indonesia masih bersifat animisme dan dinamisme. Masyarakat pada saat itu
melakukan pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan kekuatan-kekuatan
benda-benda pusaka tertentu serta kepercayaan pada kekuatan-kekuatan alam.
Dengan masuknya pengaruh Hindu-Buddha, kepercayaan asli bangsa Indonesia ini
kemudian berakulturasi dengan agama Hindu-Buddha. Hal ini terbukti dari
beberapa upacara keagamaan Hindu-Buddha yang berkembang di Indonesia walaupun
dalam beberapa hal tidak seketat atau mirip dengan tata cara keagamaan yang
berkembang di India. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam tatacara pelaksanaan
upacara keagamaan mengalami proses sinkretisme antara kebudayaan agama
Hindu-Buddha dengan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
Setelah masuknya pengaruh India
kepercayaan terhadap roh halus tidak punah. Misalnya dapat dilihat pada fungsi
candi. Fungsi candi atau kuil di India adalah sebagai tempat pemujaan. Di
Indonesia, di samping sebagai tempat pemujaan, candi juga sebagai makam raja
atau untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah meninggal. Itulah sebabnya
peripih tempat penyimpanan abu jenazah raja didirikan patung raja dalam bentuk
mirip dewa yang dipujanya. Ini jelas merupakan perpaduan antara fungsi candi di
India dengan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia.
Bentuk bangunan lingga dan yoni
juga merupakan tempat pemujaan terutama bagi orang-orang Hindu penganut
Syiwaisme. Lingga adalah lambang Dewa Syiwa. Secara filosofis lingga dan yoni
adalah lambang kesuburan dan lambang kemakmuran. Lingga lambang laki-laki dan
yoni lambang perempuan.
5. Sistem Pemerintahan &
bidang sosial
Setelah datangnya pengaruh India
di Kepulauan Indonesia, dikenal adanya sistem pemerintahan secara sederhana.
Pemerintahan yang dimaksud adalah semacam pemerintah di suatu desa atau daerah
tertentu. Rakyat mengangkat seorang pemimpin atau semacam kepala suku. Orang
yang dipilih sebagai pemimpin biasanya orang yang sudah tua (senior), arif,
dapat membimbing, memiliki kelebihan-kelebihan tertentu termasuk dalam bidang
ekonomi, berwibawa, serta memiliki semacam kekuatan gaib (kesaktian). Setelah
pengaruh India masuk, maka pemimpin tadi diubah menjadi raja dan wilayahnya
disebut kerajaan. Hal ini secara jelas terjadi di Kutai.
Salah satu bukti akulturasi dalam
bidang pemerintahan, misalnya seorang raja harus berwibawa dan dipandang
memiliki kekuatan gaib seperti pada pemimpin masa sebelum Hindu-Buddha. Karena
raja memiliki kekuatan gaib, maka oleh rakyat raja dipandang dekat dengan dewa.
Raja kemudian disembah, dan kalau sudah meninggal, rohnya dipuja-puja.
Selain itu, di dalam agama hindu dikenal aturan kasta,yaitu
:
·
Kasta Brahmana : kaum pendeta dan para sarjana
·
Kasta Ksatria : para prajurit,pejabat,dan
bangsawan
·
Kasta Waisya : para
pedagang,petani,pemilik tanah dan prajurit
·
Kasta Sudra : rakyat jelata,dan
pekerja kasar
·
Untouchhables :
orang-orang yang tidak tergolong dalam kasta
6. Bidang Pendidikan
Bidang pendidikan membawa pengaruh bagi munculnya
lembaga-lembaga pendidikan. Meskipun lembaga pendidikan tersebut masih sangat
sederhana dan mempelajari satu bidang saja, yaitu keagamaan. Akan tetapi
lembaga pendidikan yang berkembang pada masa Hindu-Buddha ini menjadi cikal
bakal bagi lahirnya lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia.
7. Bidang Pengetahuan
·
Wujud akulturasi dalam bidang
pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun
saka, tahun dalam kepercayaan Hindu.
·
Menurut perhitungan satu tahun Saka
sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78
tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654,maka tahun masehinya 654 + 78 =
732 M
·
Di samping adanya pengetahuan tentang
kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan
Candrasangkala.
·
Candrasangkala adalah susunan kalimat
atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan
dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa
Jawa salah satu. Contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi apabila
diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1,maka kalimat
tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun 1400 saka atau sama dengan
1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit .
8. Bidang Teknologi
Kemajuan teknologi sangat besar pengaruhnya terhadap
kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Sebelum pengaruh Hindu masuk ke
Nusantara bangsa Indonesia sudah memiliki teknologi yang tinggi khususnya dalam
pembuatan alat kehidupan baik yang terbuat dari batu atau logam. Setelah adanya
pengaruh Hindu, teknologi semakin maju, misalnya pembuatan candi. Jika
dibandingkan dengan candi-candi di India maka candi di Indonesia jauh lebih
megah dan kokoh seperti candi Borobudur, candi Prambanan. Dengan demikian,
bangsa Indonesia memiliki pengetahuan teknologi yang sudah tinggi.
Masuknya Agama & Kebudayaan Islam di Indonesia
Proses Islamisasi yang terjadi di Indonesia beriringan
dengan proses perdagangan yang terjadi antara bangsa Indonesia dengan bangsa
asing. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa secara geografis, Indonesia
merupakan sebuah wilayah kepulauan yang terbuka bagi terjadinya interaksi
perdagangan. Salah satu dampak dari interaksi tersebut adalah masuknya Islam ke
Indonesia.
1. Awal kedatangan Islam di Indonesia
Para sejarawan Indonesia berpendapat
bahwa proses Islamisasi di Indonesia sudah dimulai pada abad pertama Hijriyah
atau abad ke-7 Masehi. Seorang ilmuwan Belanda yang bernama Mouquette menyatakan
bahwa Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13-14 Masehi. Penentuan waktu
itu berdasarkan tulisan pada batu nisan yang ditemukan di Pasai. Batu nisan itu
berangka tahun 17 Djulhijah 831 atau 21 September 1428 M dan identik dengan
batu nisan yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (822 H atau 1419 M) di
Gresik, Jawa Timur. Morisson mendukung pendapat Moguetta yang berpendapat bahwa
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13, berdasarkan batu nisan Malik
al-Saleh,seorang raja Samudera Pasai yang berangka tahun 698 H atau 1297 M.
Petunjuk pertama mengenai orang-orang Indonesia yang beragama Islam datang dari
tulisan Marcopolo yang singgah di Sumatra dalam perjalanan pulangnya dari Cina
pada tahun 1292, dia berpendapat bahwa Perlak merupakan sebuah kota Islam.
Pada dasarnya ada 3 teori yang
menyatakan bagaimana proses Islam masuk ke Nusantara :
a. Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam
masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay),
India.
b. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang
muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah
berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya
berasal dari Arab (Mesir).
c. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk
ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini
adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya Islam ke
Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan jalan damai melalui beberapa
jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang
Arab, Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan
masyarakat Indonesia. Pada kesempatan tersebut dipergunakan untuk menyebarkan
ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap,
atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan perkampungan
Pekojan. Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin sering
bahkan ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses
penyebaran Islam semakin cepat berkembang.
Perkembangan Islam yang cepat
menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang menyebarkan Islam melalui
pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren. Pondok pesantren adalah
tempat para pemuda dari berbagai daerah dan kalangan masyarakat menimba ilmu
agama Islam. Setelah tammat dari pondok tersebut, maka para pemuda menjadi juru
dakwah untuk menyebarkan Islam di daerahnya masing- masing. Di samping
penyebaran Islam melalui saluran yang telah dijelaskan di atas, Islam juga
disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun
wayang kulit. Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima
oleh rakyat Indonesia.
Berikut Bukti-bukti fisik atau artefak
yang menunjukkan awal Islamisasi di Indonesia yaitu antara lain:
- Batu nisan bertuliskan huruf Arab ditemukan di Leran, Gresik. Batu nisan ini memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimunyang berangka tahun 475 Hijriah (1082 M).
- Di Sumatra (di pantai timur laut Aceh utara) ditemukan batu nisan Sultan Malik al-saleh yang berangka tahun 696 Hijriah (1297 M).
- Serangkaian batu nisan yang sangat penting ditemukan di kuburan-kuburan di Jawa Timur, yaitu di Trowulan dan Troloyo, dekat situs istana Majapahit. Batu nisan itu menunjukkan makam-makam orang muslim, namun lebih banyak menggunakan angka tahun Saka India dengan angka Jawa Kuno daripada tahun Hijriah dan angka Arab. Batu nisan yang pertama ditemukan di Trowulan memuat angka tahun 1290 Saka (1368-1369 M). Di Troloyo ada batu-batu nisan yang berangka tahun antara 1298 1533 Saka (1376 1611 M). Batu-batu nisan ini memuat ayat-ayat Al-Qur an.
- Sebuah batu nisan muslim kuno yang bertarikh 822 H (1419 M) ditemukan di Gresik (Jawa Timur). Batu nisan ini menjadi tanda makam Syekh Maulana Malik Ibrahim.Bentuk batu nisan makam Maulana Malik Ibrahim (822 H/1419M), di Gresik Jawa Timur, memiliki kesamaan dengan bentuk batu nisan yang ada di Cambay, Gujarat India. Diperkirakan batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat ke Wilayah Nusantara yang beriringan dengan penyebaran Islam.
Berdasarkan penemuan bukti-bukti awal
proses Islamisasi di Indonesia, dapat ditarik kesimpulan, yaitu sebagai berikut
:
- Islam pertama kali masuk ke Indonesia abad pertama Hijriah atau sekitar abad ke-7 dan ke-8 M, dibawa oleh para pedagang Arab yang telah memiliki hubungan dagang dengan pedagang-pedagang di pesisir pantai Sumatra.
- Islam mengalami perkembangan pada abad ke-13/14 M, setelah para pedagang Gujarat secara intensif melakukan proses penyebaran Islam seiring dengan kegiatan perdagangan mereka.
- Islam datang ke Indonesia ada yang dari Arab langsung dan ada pula melalui Gujarat, India.
Selanjutnya berdasarkan hasil Seminar
Nasional mengenai sejarah masuknya Islam ke Indonesia, yang berlangsung di
Medan tahun 1963, memberikan kesimpulan sebagai berikut.
- Islam pertama kali masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah (651 M).
- Masuknya Islam ke Indonesia pertama kali adalah di pesisir pantai Sumatra, dan setelah terbentuknya masyarakat Islam, maka raja-raja Islam yang pertama berada di Aceh.
- Mubalig-mubalig Islam yang pertama selain sebagai penyiar Islam merangkap juga sebagai saudagar. Dalam proses pengislaman selanjutnya, orangorang Indonesia ikut aktif mengambil bagian.
- Masuknya Islam ke Indonesia dilakukan dengan cara damai.
- Kedatangan Islam di Indonesia membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia.
Akulturasi Kebudayaan Islam di Nusantara
Walaupun
kebudayaan Islam telah masuk ke kepulauan Nusantara sejak abad
VII, tetapi kekuasaan politik yang dipengaruhi kebudayaan
Islam baru muncul sekitar abad XIII.
Pada perkembangannya di Nusantara,
kebudayaan Islam ini bahkan berasimilasi dengan kebudayaan masyarakat setempat
yang sudah dipengaruhi terlebih dahulu oleh kebudayaan Hindu dan Buddha. Proses
asimilisi dan akulturasi ini bahkan memperkaya khasanah seni budaya Nusantara.
1. Seni Bangunan Seni dan arsitektur
a. Masjid dan Menara
Dalam seni bangunan di zaman
perkembangan Islam, nampak ada perpaduan antara unsur Islam dengan kebudayaan
praIslam yang telah ada. Seni bangunan Islam yang menonjol adalah masjid.
Fungsi utama dari masjid,adalah tempat beribadah bagi orang Islam.
Bangunan masjid-masjid kuno di
Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Atapnya berupa atap tumpang, yaitu atap yang bersusun, semakin ke atas semakin kecil dan tingkat yang paling atas berbentuk limas. Jumlah tumpang biasanya selalu gasal/ ganjil, ada yang tiga, ada juga yang lima. Ada pula yang tumpangnya dua, tetapi yang ini dinamakan tumpang satu, jadi angka gasal juga. Atap yang demikian disebut meru. Atap masjid biasanya masih diberi lagi sebuah kemuncak/ puncak yang dinamakan mustaka.
- Tidak ada menara yang berfungsi sebagai tempat mengumandangkan adzan. Berbeda dengan masjidmasjid di luar Indonesia yang umumnya terdapat menara. Pada masjid-masjid kuno di Indonesia untuk menandai datangnya waktu salat dengan memukul bedhug atau kenthongan. Yang istimewa dari Masjid Kudus dan Masjid Banten adalah menaranya yang bentuknya begitu unik. bentuk menara Masjid Kudus merupakan sebuah candi langgam Jawa Timur yang telah diubah dan disesuaikan penggunaannya dengan diberi atap tumpang. Pada Masjid Banten, menara tambahannya dibuat menyerupai mercusuar.
- Masjid umumnya didirikan di ibu kota atau dekat istana kerajaan. Ada juga masjid-masjid yang dipandang keramat yang dibangun di atas bukit atau dekat makam. Masjidmasjid di zaman Wali Sanga umumnya berdekatan dengan makam.
Gaya arsitektur bangunan yang mendapat pengaruh Islam ialah
sebagai berikut:
- hiasan kaligrafi;
- kubah;
- bentuk masjid.
Masjid Kerajaan Banjar
b. Makam
Makam khususnya untuk para raja
bentuknya seperti istana disamakan dengan orangnya yang dilengkapi dengan
keluarga, pembesar, dan pengiring terdekat. Budaya asli Indonesia terlihat pada
gugusan cungkup yang dikelompokkan menurut hubungan keluarga. Pengaruh budaya
Islam terlihat pada huruf dan bahasa Arab, misalnya Makam Puteri Suwari di
Leran (Gresik) dan Makam Sendang Dhuwur di atas bukit (Tuban).
Di samping itu, di bangunan makam
terdapat tradisi pemakaman yang sebenarnya bukan berasal dari ajaran Islam.
Misalnya, jenazah dimasukkan ke dalam peti. Pada zaman kuno ada peti batu,
kubur batu dan lainnya. Sering pula di atas kubur diletakkan bunga-bunga. Pada
hari ke-3, ke-7, ke- 40, ke-100, satu tahun, dua tahun, dan 1000 hari diadakan
selamatan. Saji-sajian dan selamatan adalah unsur pengaruh kebudayaan praIslam,
tetapi doa-doanya secara Islam. Hal ini jelas menunjukkan perpaduan. Sesudah
upacara terakhir (seribu hari) selesai, barulah kuburan diabadikan, artinya
diperkuat dengan bangunan dan batu. Bangunan ini disebut jirat atau kijing.
Nisannya diganti dengan nisan batu. Di atas jirat sering didirikan semacam
rumah yang di atas disebut cungkup. Dalam kaitan dengan makam Islam ada juga
istilah masjid makam.
2.
Bidang Kesenian
Berdasarkan jenisnya benda-benda
(karya) seni rupa yang berkembang pada zaman Islam ini dapat dikategorikan
sebagai berikut :
a.
Seni Kriya
b.
Seni Kaligrafi
Lukisan kaligrafi
dengan objek tokoh pewayangan “Semar”
Karya seni rupa zaman Islam di
Indonesia
nisan
putri raja Pasai (kanan) dan Maulana malik Ibrahim di Gresik (kiri)
Seni bangunan masjid kuno di Aceh
c. Seni Wayang
Wayang,
termasuk wayang kulit, Pertunjukan wayang sudah berkembang sejak zaman Hindu,
akan tetapi, pada zaman Islam terus dikembangkan Kemudian berdasarkan cerita
Amir Hamzah dikembangkan pertunjukan wayang golek.
Wayang Golek
d. Seni Musik dan Tari
Akulturasi pada seni musik terlihat
pada musik qasidah dan gamelan pada saat upacara Gerebeg Maulud. Di bidang seni
tari terlihat pada tari Seudati yang diiringi sholawat nabi, kesenian Debus
yang diawali dengan membaca Al Qur'an yang berkembang di Banten, Aceh, dan
Minangkabau.
Seni musik Qhasidahan
3. Bahasa dan Sastra
Seni sastra Indonesia di zaman Islam
banyak terpengaruh dari sastra Persia. Di Sumatra, misalnya menghasilkan karya
sastrayang berisi pedoman-pedoman hidup, seperti cerita Amir Hamzah, Bayan
Budiman dan 1001 Malam. Di samping itu juga mendapat pengaruh Hindu, seperti
Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Sri Rama. Cerita Panji pada zaman Kediri (Hindu)
muncul lagi dalam bentuk Islam, seperti Hikayat Panji Semirang. Hasil seni
sastra, antara lain sebagai berikut:
- Suluk, yaitu kitab yang membentangkan ajaran tasawuf. Contohnya ialah Suluk Wujil, Suluk Sukarsa, dan Suluk Malang Sumirang. Karya sastra yang dekat dengan suluk ialah primbon yang isinya bercorak kegaiban dan ramalan penentuan hari baik dan buruk, pemberian makna kepada sesuatu kejadian dan sebagainya.
- Hikayat, yakni saduran cerita wayang.
- Babad, ialah hikayat yang berisi sejarah. Misalnya Babad Tanah Jawi isinya sejarah Pulau Jawa, Babad Giyanti tentang pembagian Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta dan sebagainya.
- Kitab-kitab lain yang berisi ajaran moral dan tuntunan hidup, seperti Tajus Salatin dan Bustan us Salatin.
4. Sistem Kalender
Pada zaman Khalifah Umar bin Khatab
ditetapkan kalender Islam dengan perhitungan atas dasar peredaran bulan yang
disebut tahun Hijriah. Tahun 1 Hijrah (H) bertepatan dengan tahun 622 M.
Sementara itu, di Indonesiapada saat yang sama telah menggunakan perhitungan
tahun Saka (S) yang didasarkan atas peredaran matahari. Tahun 1 Saka bertepatan
dengan tahun 78 M. Pada tahun 1633 M, Sultan Agung raja terbesar Mataram
menetapkan berlakuknya tahun Jawa (tahun Nusantara) atas dasar perhitungan
bulan ( 1 tahun =354 hari). Dengan masuknya Islam maka muncul sistem kalender Islam
dengan menggunakan nama-nama bulan, seperti Muharram (bulan Jawa; Sura),Shafar
(bulan Jawa; Sapar), dan sebagainya sampai dengan Dzulhijah (bulan Jawa; Besar)
dengan tahun Hijrah (H).
Akulturasi Islam Dalam Bidang Kalender
Menjelang tahun ketiga pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, beliau berusaha
membenahi kalender Islam. Perhitungan tahun yang dipakai atas dasar peredaran
bulan (komariyah). Umar menetapkan tahun 1 H bertepatan dengan tanggal 14
September 622 M, sehingga sekarang kita mengenal tahun Hijriyah. Sistem
kalender itu juga berpengaruh di Nusantara. Bukti perkembangan sistem
penanggalan (kalender) yang paling nyata adalah sistem kalender yang diciptakan
oleh Sultan Agung. Ia melakukan sedikit perubahan, mengenai nama-nama bulan
pada tahun Saka. Misalnya bulan Muharam diganti dengan Sura dan Ramadan diganti
dengan Pasa. Kalender tersebut dimulai tanggal 1 Muharam tahun 1043 H. Kalender
Sultan Agung dimulai tepat dengan tanggal 1 Sura tahun 1555 Jawa (8 Agustus
1633).
Kalender Hijriah
5. Sistem Pemerintahan
Pada zaman Hindu pusat kekuasaan adalah
raja sehingga raja dianggap sebagai titisan dewa. Oleh karena itu, muncul
kultus “dewa raja”. Apa yang dikatakan raja adalah benar. Demikian juga pada
zaman Islam, pola tersebut masih berlaku hanya dengan corak baru. Raja tetap
sebagai penguasa tunggal karena dianggap sebagai khalifah, segala perintahnya
harus dituruti.
Akulturasi Kebudayaan Modern ( Barat ) di Indonesia
Masuknya
budaya asing ke Indonesia sudah jelas dipengaruhi oleh Globalisasi sekarang ini
yang menyebabkan mudahnya budaya asing masuk ke Indonesia. Contoh masuknya
budaya asing terjadi pada:
1. Cara Berpakaian
Sekarang ini masyarakat Indonesia lebih menyukai berpakaian yang lebih terbuka seperti bangsa barat yang sebenarnya tidak sesuai dengan adat ketimuran bangsa Indonesia yang dianggap berpakaian lebih sopan dan tertutup.
Sekarang ini masyarakat Indonesia lebih menyukai berpakaian yang lebih terbuka seperti bangsa barat yang sebenarnya tidak sesuai dengan adat ketimuran bangsa Indonesia yang dianggap berpakaian lebih sopan dan tertutup.
Remaja yang berpakaian kebarat-baratan
2.
Alat
Musik
Perkembangan alat musik saat ini juga dibanjiri dengan masuknya budaya asing, kita dapat mengambil contoh dari kebudayaan asli betawi di Jakarta, pada saat ini sudah tidak ada lagi terdengar alat musik Tanjidor musik khas dari tanah Betawi, saat ini yang sering kita dengar adalah alat-alat musik modern yang biasanya menggunakan tenaga listrik.
Perkembangan alat musik saat ini juga dibanjiri dengan masuknya budaya asing, kita dapat mengambil contoh dari kebudayaan asli betawi di Jakarta, pada saat ini sudah tidak ada lagi terdengar alat musik Tanjidor musik khas dari tanah Betawi, saat ini yang sering kita dengar adalah alat-alat musik modern yang biasanya menggunakan tenaga listrik.
3.
Permainan
Tradisional
Bahkan masuknya budaya asing juga mempengaruhi permainan tradisional, seperti permainan gangsing atau mobil-mobilan yang terbuat dari kayu, pada saat ini sudah jarang kita temukan, yang saat ini kita temukan adalah produk-produk permainan yang berasal dari Cina, seperti mainan mobil remote control yang berbahan baku besi atau plastic.
Serta berbagai macam yang lainnya seperti tarian, rumah adat, makanan, adat-istiadat dan kesenian atau hiburan telah didominasi budaya asing.
Bahkan masuknya budaya asing juga mempengaruhi permainan tradisional, seperti permainan gangsing atau mobil-mobilan yang terbuat dari kayu, pada saat ini sudah jarang kita temukan, yang saat ini kita temukan adalah produk-produk permainan yang berasal dari Cina, seperti mainan mobil remote control yang berbahan baku besi atau plastic.
Serta berbagai macam yang lainnya seperti tarian, rumah adat, makanan, adat-istiadat dan kesenian atau hiburan telah didominasi budaya asing.
- Kurangnya Kesadaran
Bangsa
Indonesia harus memiliki jati diri dengan cara mempertahankan nilai-nilai
budaya, saat ini masyarakat kita tidak peduli budaya yang masuk itu dapat
merusak atau tidak, namun pada kenyataannya masyarakat sekarang lebih senang
menerima budaya asing dibandingkan melestarikan budaya local atau tradisional,
yang sebenarnya dapat mengakibatkan hilangnya budaya Indonesia.
- Kemajuan Teknologi dan Peralatan Hidup
Kemajuan
teknologi juga sebagai pendorong hilangnya budaya Indonesia, contohnya adalah pada
saat ini banyak seseorang yang dituntut untuk dapat bekerja secara cepat dan
efisien, maka seseorang akan lebih memilih teknologi yang lebih maju untuk
mendukung pekerjaannya dibandingkan dengan peralatan tradisional yang labih
lambat.
DAMPAKNYA BAGI MASYARAKAT
INDONESIA
Masuknya
budaya asing di Indonesia juga berdampak pada masyarakat. Berikut dampaknya
bagi masyarakat Indonesia:
Pengaruh Positif :
·
Dapat mempelajari kebiasaan, pola pikir dan
perilaku bangsa2 yg maju sehingga mampu mendorong kita untuk lebih baik lagi
dan maju seperti mereka.
·
Adanya kemudahan untuk memperlihatkan dan
memperkenalkan kebudayaan negeri kita sendiri ke luar negeri
·
Terjadinya akulturasi budaya yg mungkin bisa
menciptakan kebudayaan baru yg unik.
Pengaruh Negatif :
·
Dapat menghilangkan kebudayaan asli Indonesia,
·
Serta dapat terjadi proses perubahan social
didaerah yang dapat mengakibatkan permusuhan antar suku sehingga rasa persatuan
dan kesatuan bangsa menjadi goyah.
·
Masuknya budaya asing yg lebih mudah diserap dan ditiru
oleh masyarakat baik tua maupun muda, dan parahnya yg ditiru biasanya yg
jelek2. Meniru perilaku yg buruk
·
Adanya globalisasi bisa memungkinkan hilangnya
suatu kebudayaan karena adanya percampuran antara kebudayaan lokal dgn
kebudayaan dr luar, bisa juga karna memang tidak ada generasi penerus yg
melestarikan budaya tsb.
·
Mudah terpengaruh oleh hal yg berbau barat.
Generasi muda lupa akan identitasnya sebagai bangsa Indonesia karena
perilakunya banyak meniru budaya barat.
·
Menumbuhkan sifat dan sikap individualisme, tidak
adanya rasa kepedulian terhadap orang lain. Padahal bangsa indonesia dulu
terkenal dgn gotong royong
Kesimpulan
Akulturasi telah membuat banyak keberagaman budaya
Indonesia, seperti sekarang ini. Baik ataupun buruknya akan kebudayaan
tersebut, semua tergantung bagaimana setiap individu menyikapinya. Terimakasih.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Rochmat S. 2003. Masyarakat madani: dialog Islam
dan modernitas di Indonesia. Dalam: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaaan. No. 041.
·
Sunarto K. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
·
Depdikbud. 2014.
Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Depdikbud
·
Direktorat Jendral Kebudayaan, 1979, Sejarah
Seni Rupa Indonesia, Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penelitian
dan Pencatatan Kebudayaan Daerah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar